Minggu, 8 Maret 2009, jam 12:40.
Hari pertama di usia 19 tahun. Hujan. Semua terasa suram.
Apa hal yang umumnya dirasakan oleh orang yang berulang tahun? Senang, bahagia, merasa jadi raja/ratu sehari?
Aku tidak merasakannya, yang ada hanya perasaan hampa yang tidak bisa ditutupi.
Pandangan yang sangat kontras jika dibandingkan dengan perasaan ku saat perayaan ulangtahun tahun lalu. Merasa bahagia karena dikelilingi oleh orang yang kusayangi dan menyayangiku, bermandikan kado, kecupan sayang dari keluarga dan sahabat, tart bikinan umi yang rasanya lebih enak dari tart yang dibeli dari toko paling mahal sekalipun karena ia membuatnya dengan cinta. Ada doa dan kasihsayang di setiap gigitannya. Dan yang terakhir ada ‘dia’, orang yang menyempurnakan hari istimewa ku. Mungkin terlihat sedikit konyol tapi saat itu aku merasa tidak menginginkan apapun lagi, kebahagiaan ini telah lengkap.
Sekarang, di tanggal yang sama tapi di tempat dan situasi yang berbeda aku tak lagi menemukan euphoria ulang tahun itu. Semua terasa sangat berbeda. Orang-orangnya, tempatnya, suasananya, semangatnya, semuanya. Bahkan tak jarang aku merasa tak ada yang spesial hari itu. Apa yang harus dirayakan? Apa yang harus disemangati?
Detik-detik menjelang pergantian hari menuju ulang tahun ku, aku tak bisa tidur. Bukan, ini tak sama dengan perasaan tak bisa tidur karena terlalu bersemangat seperti tahun lalu. Ini lebih kepada perasaan cemas yang ganjil. Apa yang akan terjadi besok?
Orang yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun adalah Fadil, my brother. Walaupun kecepetan tapi aku terharu melihat niatnya untuk menahan tidur demi mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Orang kedua adalah umi, meskipun hanya lewat sms dan itu pun terpotong karena terlalu panjang tapi aku tahu intinya dia akan selalu mendoakan yang terbaik untuk ku. Disusul oleh Fera, my only best friend ever, dan kemudian berlanjut pada teman-teman kos, teman-teman SMA dan kuliah dll.
Jujur aku bahagia setidaknya masih ada orang yang mengingat hari ulang tahun ku, masih ada yang mau mendoakan yang terbaik untuk ku. Tapi mengingat apa yang bisa kudapat apabila aku berada di tempat yang berbeda, di Lampung, di rumahku, aku merasa sakit.
Tak ada lagi kecupan hangat saat aku bangun tidur dari seisi rumah sambil mengucapkan selamat ulang tahun. Tak ada lagi pelukan erat dari para sahabat yang mengucapkan selamat ulang tahun. Tak ada lagi kegiatan konyol yang membuat aku mirip adonan kue karena disiram tepung, telur dan blau. Tak ada lagi kejutan kecil dan senyum malu darinya saat mengucapkan selamat ulang tahun padaku.
Semua terasa berbeda. Sangat. Aku merindukan suasana itu, aku merindukan saat semua orang berusaha sekuat tenaga dengan caranya sendiri-sendiri untuk membuat ku bahagia saat itu, membuat ku merasa aku istimewa. Aku rindu semuanya. Sangat. Its true that we don’t know what we had till its gone.
Satu-satunya air mata yang keluar saat itu semata-mata hanya karena perasaan haru. Tidak sama dengan air mata yang mengiringi ulang tahun ku kali ini. Air mata kehilangan.
Lalu selanjutnya acara apa yang sudah kau persiapkan untuk menghabiskan hari special mu ini?
Mungkin kalau pertanyaan ini ditujukan padaku tahun lalu, aku akan bingung untuk membagi waktu untuk semua acara yang disiapkan oleh keluarga dan teman-temanku. Sebenarnya sama, hanya saat ini aku bingung karena aku tidak punya acara sama sekali. Haha miris sekali.
Jadi aku melalui hari itu seperti melalui hari libur lainnya selama di Jogja. Bangun siang, malas-malasan, mandi siang, makan nggak sesuai jadwal. Ck,,ck bukan tindakan yang cukup bagus untuk mengawali semangat ulangtahun.
Setahun yang lalu saat aku berulang tahun aku pernah berpikir bahwa ulang tahun ku yang akan datang aku tidak akan sendiri, karena ada dia dan dia akan memenuhi janjinya padaku, tapi ternyata khayalan bodoh itu sia-sia. Dia dan segala janji-janji kosongnya telah pergi. Berhari-hari menjelang hari ulang tahun ku aku berharap walaupun semuanya telah berakhir dia tetap menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Seenggaknya hal itu dapat membuktikan bahwa dia masih ingat dan peduli padaku, agar aku pun dapat melakukan hal yang sama, tapi ternyata tidak. Percuma aku tidur larut malam sambil berharap dia akan menutup ulang tahun ini dengan ucapannya. Dia telah melupakanku. Dia telah melanjutkan hidupnya dengan bahagia tanpa mau terganggu sedikitpun oleh segala hal yang berbau aku. Saat jam menunjukkan pukul 00.00 dan dia masih belum mengucapkannya sadarlah aku semuanya tak lagi sama. Semua ini telah benar-benar berakhir.
Terima kasih kau telah menyempurnakan ulang tahun ku kali ini. Ulang tahun tersuram yang tak akan aku lupakan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Hidup tuh kayak lg nyetir motor (nyetir motor?)...
Arahnya selalu ke depan, emang sih kita bisa lihat ke belakang lewat spion tp sekali2 aja... kalo kamu terus2an mengacu pd yg udh lewat2, ke depannya kamu bisa nabrak..
Posting Komentar